Bintik matahari AR1748 meletus dengan kelas flare M3,2 pada 17 Mei 2013. |
Astronesia-Studi terbaru yang dilakukan peneliti dari Massachusetts Institute of Technology menemukan bahwa dampak cuaca luar angkasa bisa menimbulkan kerusakan pada satelit.
Peneliti MIT menginvestigasi efek cuaca luar angkasa seperti partikel surya, badai geomagnetik dan bentuk radiasi elektromagnetik lainnya. Cuaca luar angkasa diyakini akan mengganggu kerja satelit, sehingga menghambat layanan internet dan komunikasi global.
Satelit Geostationary mengorbit dengan tingkat yang serupa seperti rotasi Bumi. Satelit tersebut dirancang untuk bertahan hingga 15 tahun dengan terpaan partikel bermuatan di luar angkasa.
Sebagian besar satelit menutupi elektronik sensitif dengan lapisan perlindungan perisai. Akan tetapi, seiring waktu, radiasi dapat menembus dan mendegradasi komponen satelit.
"Jika kita dapat memahami bagaimana lingkungan mempengaruhi satelit ini, kita dapat merancang untuk meningkatkan satelit agar lebih toleran (kuat). Maka, ini akan sangat bermanfaat tidak hanya dalam biaya, tetapi juga dalam efisiensi," kata Whitney Lohmeyer, seorang mahasiswa pascasarjana di MIT Departemen Aeronautics dan Astronautics.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Space Weather, tim menganalisis kondisi cuaca luar angkasa dan menemukan 26 kerusakan dalam delapan satelit geostasioner yang beroperasi lebih dari 16 tahun. Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar kerusakan terjadi pada saat aktivitas elektron energi tinggi selama penurunan fase siklus matahari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar