Selasa, 17 September 2013

Misteri Dibalik Pohon Kelapa


Hai kawan! Namaku Desy Safira Halsabilla, panggil aku Desy. Aku tinggal di sebuah panti asuhan bernama Panti Asuhan “Cahaya Ilahi”. Aku memiliki 2 orang sahabat yang namanya: Devina Anjila dan Raifa Nisanty. Nama pemilik panti asuhan ini adalah Bunda Rina.

Hari ini adalah hari sabtu, biasanya aku dan teman-teman pergi ke taman untuk berolahraga dan bermain. Pagi itu aku bangun telat, jadi ketika aku bangun temanku sudah tidak ada, biasanya aku bangun jam 04.30, namun tidak untuk hari ini, aku bangun jam 07.00. Setelah bangun dari lelah tidurku tanpa basa-basi aku langsung menyambar handuk dan menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi aku lalu menuju meja makan, tapi tak ada makanan yang tersisa, tiba-tiba datang Raifa dari balik pintu “Aduh, sayang sekali ya tidak kebagian makanan.” Kata Raifa tertawa. “Apaan sih, aku masih bisa beli diluar tau!” Bentakku emosi. “Gak perlu emosi aku hanya bercanda, ini aku ada sepotong roti selai nanas, kamu makan ya!” Kata Raifa sambil memberikan sepotong roti. “Terima kasih banyak ya Rai.” Ujarku tersenyum kepada Raifa. “Eh kalian, ayo cepat kita mau berangkat nih!” Panggil Devi. “Baik Boss.” Kataku dan Raifa serempak.

Aku, Raifa dan Devi lalu masuk ke dalam bis sewaan Bunda Rina. “Oke anak-anak, agar kita selamat dan sehat sampai tujuan, Bunda Rina ingin kalian memanjatkan doa di dalam hati kalian masing-masing. “Kata Bunda Rina. Aku pun memanjatkan doa di dalam hati, teman yang lain pun tampak khusyuk membaca doa kecuali, Gio dia anaknya sangat nakal dan iseng. Selama perjalanan, anak panti asuhan menyanyikan beberapa lagu seperti, anak gembala, kebunku dan beberapa lagu anak-anak lainnya. Waktu yang ditempuh untuk menuju taman hanya 20 menit saja. “Huh.. akhirnya sampai juga!” Kataku lega, karena saat di perjalanan aku menahan pipisku mulai dari aku naik ke bis. Kenapa tidak pipis dulu? Masalahnya jika aku turun, aku bakalan ditinggal bis. Aku lalu memulai lari pagi dengan Raifa dan Devi. Setelah lari pagi aku lalu menuju tempat plosotan di taman. Setelah puas, aku lalu membeli mie pangsit dan air mineral dingin. Lalu 30 menit kemudian Bunda Rina mengajak pulang kembali ke panti asuhan. “Anak-anak, ayo kita pulang!” Ajak Bunda Rina.

Akhirnya kami sampai di panti asuhan. “Huh.. benar-benar hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan.” Kataku. “Eh Des, ngomong sama siapa?” Tanya Raifa. “Ngomong sama kalian dong!” Jawabku. “Ngomong sama kita? Masak sih? Aku sih gak merasa kamu ngomong sama kita!” Kata Raifa menahan tawa. “Kalian sungguh menyebalkan!” Bentakku. Ya, begitulah sifat Raifa, orangnya itu menyebalkan tapi dia adalah sahabat yang paling akrab denganku.

Malam pun tiba, malam itu hujan deras dan angin kencang melanda kota tempat tinggalku yang menyebabkan banyak pohon tumbang. Aku mengintip dari jendela, pandanganku mulai tertuju pada sebuah pohon yang sangat tinggi di perkarangan panti asuhan, pohon kelapa. “Aduh, kalau pohonnya jatuh pasti ambruk panti asuhan Bunda Rina.” Pikirku dalam hati. Aku melihat Raifa dan Devi sudah tertidur pulas di ranjangnya. Aku tidak bisa tidur karena memikirkan pohon kelapa itu. Saat jam dinding menunjukkan angka 00.00 kulihat ada suara bayi menangis tak berhenti, kukira itu Diva, anak Bunda Rina yang masih bayi. Akupun penasaran dan mencoba mengecek apa benar itu suara tangisan Diva, aku membuka kamar Bunda Rina, tapi apa? Kulihat Bunda Rina, Diva, dan 2 anak Bunda Rina sedang tertidur pulas. Akupun lalu keluar dari kamar Bunda Rina, ketika aku sedang berjalan menuju kamar, bel berbunyi TINTONG… Akupun membuka pintu depan namun tidak ada siapa-siapa, bulu kudukku naik dan aku benar-benar takut, tapi aku menemukan sebuah surat. Lalu tiba di kamar aku membuka surat itu dan membacanya, namun… Ketika kubuka hanya ada noda darah dan tulisan HALLO GADIS KECIL yang ditulis dengan tinta darah. “Duh, apa mungkin hantunya suka sama aku?” Pikirku dalam hati. Lalu aku pun mendengar suara tangisan bayi lagi, dan bayi itu mengatakan “DESY…” Akupun takut, dan sesaat aku pun tertidur pulas.
Esok Paginya aku berniat menceritakan masalah yang ku alami tadi malam pada Bunda Rina. ” unda… Tadi malam aku mendengar suara tangisan bayi, surat dengan noda darah, dan ada yang memanggilku!” Kataku serius pada Bunda Rina. Bunda lalu melirik Gio cs yang tengah menahan tawa. “Sepertinya Bunda tau siapa pelakunya.” Kata Bunda Rina. “Siapa Bunda?” Tanyaku.
“Siapa lagi kalau bukan Gio!” Kata Bunda Rina. “Apa benar GIO!?” Tanyaku emosi pada Gio. “Sorry nenek gayung, peace…” Kata Gio. “Dasar Gio….!” Teriakku. “Maaf nek, suara bayi itu hanya rekaman, surat noda darah itu kubuat dari cat air, bel pintu aku yang bunyikan, tolong berhenti mengejarku lagi NEK!” Pinta Gio. “Kamu harus diberi pelajaran GIO! Kamu tidak mengerti, aku itu sampe merinding dan berkeringat dingin karena ulahmu!” Teriakku sangat keras. Aku pun memukul Gio sangat keras. “Aww..! Sakit tau!” Bentak Gio. “Rasain dasar iseng! Biar tau rasa!” Kataku bahagia karena telah berhasil memukul Gio

Cerpen Karangan: Dita Zafira Tarmizi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar