Selasa, 17 September 2013

Rahasia Tonny


Namanya Tonny, ia adalah murid berprestasi di Tazmania Junior High School. Yaah.. Dia termasuk anak yang pintar. Aku saja yang peringkat ke 2 tidak bisa mengalahkan kepintarannya. Apalagi orang lain, hehehee.. O iya, aku John, sahabat Tonny dari kecil hingga sekarang. Aku sudah tahu betul sifatnya. Dia itu.. misterius sekali. Kalau aku tanya dan mengejek kalungnya yang di rangkai dengan kerang kerang kecil, dia tidak akan menjawabnya. Dia malah akan marah besar, dan memusuhi orang yang membicarakan kalungnya itu. Aku pernah dimusuhi dia, sampai sekitar 2 minggu!

Di waktu istirahat, aku pergi ke kantin bersama Tonny. Dia masih menggunakan kalung itu ternyata. Karena penasaran, aku tanya dia “Tonny, kenapa sih kamu selalu menggunakan kalung jelek itu? Kurasa kamu aneh, kamu itu seperti banci” Tonny tidak menjawab pertanyaanku, ia langsung pergi meninggalkanku di kantin. Apakah aku membuatnya tersinggung? Sekarang aku merasa bersalah kepadanya. Apa ada rahasia di balik semua ini? Kalaupun ada, kenapa dia tidak cerita padaku, sahabatnya dari kecil hingga sekarang? Ya ampuun, aku jadi bingung sendiri.

Sampai di rumah, aku segera mengambil handphone ku dan ku kirim SMS pada Tonny. Aku mau meminta maaf kepadanya. Dan sebagai permintaan maaf, ku ajak dia ke pantai Tazmania. Alhasil, Tonny memaafkanku! Hiihihiii.. Dia memaafkan ku karena dia sangat suka di ajak ke pantai. Katanya, Pantai Tazmania mengingatkannya pada momen yang berharga dalam hidupnya sekaligus menyedihkan. Hmm.. Aku tidak mengerti kata-katanya itu. Kira-kira apa artinya, ya? Mungkinkah itu berkaitan dengan kalungnya?
Esok harinya, aku pergi ke Pantai Tazmania bersama sahabatku, yaitu Tonny. Dia senang sekali karena sudah lama dia tidak berkunjung ke pantai ini. Hehehee, saking sibuknya dia menjadi ketua IOS (International Organization for Student). Sesampainya di pantai, dia langsung menyewa papan selancar dan berlari ke lautan. Daaaan… dia menggunakan kalung tak berguna itu?! Tonny, Tonny… Dia membuat aku penasaran saja kenapa dia selalu menggunakan kalung itu. Akhirnya kupancing emosi nya dengan cara berlari ke arah Tonny dan ku tarik kalungnya dari lehernya. Dia langsung mengejarku secepat mungkin, dan tiba-tiba dia berteriak, “John!!! Jangan kau ambil kalung berharga itu.. Kumohon, karena itu pemberian dari Almarhum ibukuuu” Aku kaget, dan tiba-tiba aku ingat kejadian itu.. 6 tahun lalu.. Tonny juga menceritakannya padaku

6 Tahun yang Lalu di Pantai Tazmania…
John kecil (aku) dan Tonny kecil bermain pasir di Pantai Tazmania, lalu ibunya Tonny datang membawa kalung yang di rangkai dengan kerang kerang kecil buatannya dan memberikan kalung itu pada Tonny. “Tonny, pakailah kalung ini setiap hari. Maka ibu akan mengingatmu jikalau ibu meninggal nanti, nak..” begitu kata ibunya. “Baik ibu, aku akan memakainya setiap hari. Agar ibu senang dan selalu ingat aku jikalau ibu meninggal nanti ” sahut Tonny kecil. Tiba-tiba… air laut menjadi surut dan… terjadi Tsunami di Pantai Tazmania!!! Ibu Tonny menyuruh John kecil (aku) dan Tonny kecil berlari secepat mungkin, sementara ibunya menyelamatkan manula dan wanita hamil di belakangnya.
Wanita hamil dan manula selamat, sementara ibunya Tonny terbawa arus air di pantai. Tonny menangis histeris begitu mengetahui ibunya meninggal di tempat kejadian (Pantai Tazmania). Tonny kecil berbicara pada kalungnya, “Ibu, walaupun kau telah tiada, ibu selalu mengingatku, kan? Kalau aku pakai kalung ini setiap hari, ibu tak akan lupa kan? Iya kan? Jawab, buuu… huu, hu, hu,” Waktu itu aku hanya bisa berdiam diri saja..

“Sekarang kau puas, kan?! Aku sudah ceritakan semuanya padamu sekarang! Cepat kembalikan kalung itu, John..” pinta Tonny. Akhirnya aku ingat kejadian itu, dan aku mengembalikan kalungnya. “Aku minta maaf, Tonny. Aku tidak ingat kejadian itu, sekali lagi maaf ya Tonny,” sahut ku. Akhirnya aku sadar, selama ini aku berprasangka buruk pada nya. Sebenarnya Tonny itu ramah, namun dia masih mengingat kejadian itu. Jadi, dia terlihat seperti orang yang misterius..

Cerpen Karangan: Aulia Fitriani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar