Badak jawa atau javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus)
adalah binatang terbesar di Jawa. Beratnya bisa mencapai 1,5 ton,
berkulit pucat. Badak Jawa pernah tersebar di hampir seluruh wilayah
gunung di Jawa Barat, seperti gunung Gede-Pangrango, Gunung salak, Gn.
Tangkuban Perahu dan gunun Ciremei.
Nama sebutan Badak Jawa
agaknya kurang tepat karena distribusi alaminya, sejauh yang bisa
dipastikan, pernah mencapai kawasan Sungai Brahmaputra di Bangladesh
sampai Vietnam serta ke sebelah barat daya Cina, dan deskripsi badak
pertama berasal dari spesimen yang ditemukan di Sumatera. Distribusi
aslinya secara menyeluruh tidak akan pernah dapat diketahui, karena
pada suatu waktu yang berbeda dan pada suatu tempat yang berbeda badak
Jawa ini pernah dikacaukan dengan badak Sumatera Dicerorhinus
sumatrensis dan badak India/bercula satu Rhinoceros unicornis.
Dulu
badak ini hanya dikenal dan bagian selatan Jawa Barat dan dari Gn.
Slamet di Jawa Tengah, meskipun fosil yang masih ada ditemukan di
sebelah utara Yogyakarta. Ketika Junghuhn mendaki Gn. Pangrango pada
tahun 1839 (pendakian pertama yang tercatat dilakukan oleh orang
Eropa) ia mengejutkan dua badak Jawa di dekat puncak gunung, seekor
sedang berendam di suatu sungai kecil dan yang lain sedang merumput di
pinggir sungai (Junghuhn 1854). Beberapa jalan setapak di beberapa
gunung mengikuti bekas jejak badak, dan jalur-jalur di gunung-gunung
yang ada dijawa mungkin merupakan sisa terakhir dari kehadiran
binatang besar ini.
Dua
belas ekor badak Jawa terakhir yang terdapat di Sumatera telah
ditembak oleh pemburu-pemburu Belanda antara tahun 1925-1930, dan
setelah itu seekor lagi ditembak di Karangnunggal (Tasikmalaya) pada
tahun 1934.
Sampai akhir abad ke-19 penduduk
kota Bandung masih bisa menyaksikan adanya badak jawa, mereka
menyebutnya badak priangan. Tidak mengherankan bila di Bandung ada
daerah yang bernama Rancabadak. Namun pada tahun 1895 seorang pemburu
Belanda menembak mati badak jawa tidak jauh dari kota Bandung, itulah
badak jawa terakhir di kota Bandung.
Orang
percaya bahwa sisa populasi badak Jawa sekarang hanya ada di Taman
Nasional Ujung Kulon, tempat keberadaannya pertama dilaporkan pada
tahun 1861. Meskipun demikian, pada tahun 1989, sepuluh ekor badak
jawa ditemukan bertahan hidup di sepanjang sungai Dong Nai di bagian
selatan Vietnam.
Badak Jawa adalah pemakan tunas
dan rerumputan. Badak memakan daun-daun muda, tunas-tunas dan
ranting-ranting yang tumbuh di permukaan tanah. Jika makanan ini tidak
dapat dijangkau karena terlalu tinggi, maka badak akan berusaha
mematahkan batangnya dengan cara menabrakkan dirinya pada batang
tersebut, atau dengan cara menghancurkan batang dengan giginya.
Ada lebih dari 150 jenis
tumbuhan yang diidentifikasi sebagai makanan badak, dan kemungkinan
besar semua jenis tumbuhan tersebut yang dapat dicapai dan ukurannya
sesuai akan dimakan.
Badak
memakan makanannya di berbagai tipe vegetasi, meskipun kebanyakan
dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlindung, misalnya, di antara
pepohonan yang roboh atau di padang semak-belukar tanpa pepohonan.
Badak jawa memiliki satu cula
yang terletak di ujung hidungnya. Indra penciuman dan pendengarannya
sangat tajam, tetapi badak jawa memiliki penglihatan yang kurang baik
(rabun dekat). Badak Jawa melahirkan setiap 3-5 tahun sekali. Lama
mengandung 16 bulan, umumnya melahirkan satu ekor anak saja dan
dipelihara induknya hingga umur 2 tahun, setelah dewasa anak tersebut
meninggalkan induknya. Usia badak jawa bisa mencapai hingga 50 tahun.
Keragaman makanan badak mungkin
merupakan tanggapan terhadap kebutuhan untuk membatasi atau mencegah
racun yang masuk, memaksimalkan kandungan mineral tertentu, serta
menanggulangi kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh keragaman
musim.
Karena
hampir semua catatan tanaman pangan berasal dari observasi tidak
langsung, maka sangat relevan untuk memperhatikan bahwa kerusakan pada
batang-batang pohon yang umum dilakukan oleh badak dapat juga
disebabkan oleh banteng dan rusa.
Badak adalah salah satu mamalia purba yang masih hidup. Nenek moyang badak jawa Baluchitherium,
telah hidup 50 juta tahun yang lalu, sejak jaman Erasia. Badak Jawa
masih satu kerabat dengan kuda dan keledai, yakni hewan yang memiliki
kuku ganjil.
Cula badak adalah evolusi dari
rambut badak yang bersatu dan mengeras. Sejak jaman dahulu manusia
memburu badak hanya untuk mendapatkan culanya. Konon cula badak
dijadikan ramuan obat-obatan atau jadi barang kerajinan seni berharga.
Ada 5 jenis badak yang ada di
bumi yakni:1. Badak afrika putih
2. Badak afrika hitam
3. Badak india
4. Badak sumatra
5. Badak jawa
Badak Sumatera memiliki dua
buah cula yang bisa mencapai panjang 80cm di bagian depan
dan 20 cm di bagian belakang. Tinggi badan 140 cm dan panjang
mencapai 3 meter. Badak Sumatera dapat dijumpai di pulau
Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) atau sering juga
disebut badak kerbau. Badak ini (Dicerprhinus harrissoni) juga
dapat ditemukan di kawasan hutan di Kalimantan timur.
Badak india (Rhinoceros unicornis)
memiliki satu cula yang panjangnya mencapai 60 cm. Tinggi
badan 170 cm, dan panjang 3,8 meter. Badak ini hidup di anak
benua bagian selatan.
Badak afrika putih (Cerathotherium simum)
adalah badak paling besar dengan tinggi badan 1,8 meter dan
panjangnya bisa mencapai 5 meter, memiliki dua buah cula. Cula
depan bisa mencapai 137 cm panjangnya dan cula kedua
panjangnya bisa mencapai 60 cm.
Badak afrika hitam atau Dicerros
bicornis tingginya bisa mencapai 1,6 meter dan panjangnya
4 meter. Memiliki dua buah cula yang panjuangnya bisa mencapai
70cm di depan dan 50 cm di belakang.
Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah
jenis badak yang paling kecil dengan tinggi badan 140 cm, dan
panjangnya 3 meter. Memiliki satu cula dengan panjang mencapai
30 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar